Lisensi Kekayaan Intelektual, Kunci Kemenangan FIFA atas PES

Read Time: 4 minutes

Fans sepak bola pasti tidak asing lagi dengan game FIFA dan eFootball PES (Pro Evolution Soccer) atau Winning Eleven. Kedua game yang selalu diperbarui tiap tahun ini memberikan kesempatan bagi para fans untuk bermain sebagai dan mengumpulkan para pemain hebat favoritnya, bermain bersama dalam tim kesayangan. Keahlian dan penampilan mereka semua pun terwakilkan dalam dua game ini.

Tapi tentunya masing-masing game memiliki ciri khasnya masing-masing, selera fans pun terbelah, “Anda masuk kubu FIFA atau eFootball PES/ Winning Eleven?” Dan bulan Oktober ini jadi momen paling menarik dalam rivalitas tersebut. Jika dilihat dari tanggapan fans atas rilisan terbaru FIFA (1 Oktober) & eFootball (30 September), bisa dikatakan ini adalah babak terakhir dari rivalitas mereka, dimana FIFA mencetak gol kemenangan tak berbalas dari PES. 

Pada 30 September kemarin,eFootball 2022” resmi rilis di konsol PS4, PS5, Xbox One, PC, hingga Android dan iPhone. Penamaan ini jadi istimewa karena untuk pertama kalinya nama PES tidak digunakan lagi, dan hanya menggunakan eFootball saja. Begitu juga dengan region Jepang yang selama ini menggunakan nama Winning Eleven untuk PES, kini solid satu suara hanya menggunakan eFootball 2022.

Penggantian nama ini adalah langkah besar bagi Konami selaku produsen yang membawa sistem game eFootball menjadi free-to-play. Persiapannya pun membutuhkan waktu lama. Setelah eFootball 2020, Konami tidak merilis eFootball 2021, tapi hanya merilis update untuk eFootball 2020 dengan nama eFootball PES 2021 Season Update. Harapannya, tim bisa fokus untuk membuat gebrakan untuk eFootball 2022 demi mengalahkan FIFA.

Namun sayang, setelah rilis, respon yang hadir justru komentar negatif tentang gameplay yang kaku, control yang sulit, dan grafik yang buruk. Terutama untuk wajah-wajah para pemain yang terus menjadi bahan olokan di linimasa media sosial. Dengan 92% ulasan bersifat negatif, game ini menjadi game dengan rating terburuk di Steam. Konami pun kemudian merilis pernyataan meminta maaf atas berbagai masalah di game dan mengatakan bahwa mereka akan segera memperbaikinya. 

Game Efootball 2022 Diklaim Buruk oleh Pengguna, Konami Minta Maaf -  Selular.ID

Melihat betapa buruknya situasi yang dihadapi Konami saat ini, tidak berlebihan jika ini;ah momen dimana FIFA yang diproduksi oleh EA Sports, mengukuhkan statusnya sebagai raja game sepak bola. Konsistensinya dalam beberapa tahun terakhir akhirnya membuahkan hasil. Penguasaan lisensi dinilai menjadi salah satu kunci sukses utamanya. Apa kaitannya lisensi dengan game sepak bola? Ini dia jawabannya…

Sejarah game FIFA dimulai dari FIFA International Soccer pada tahun December 1993. Judul ini disambut positif para gamers dan sukses terjual 500.000 keping CD dalam waktu satu bulan. Sedangkan PES/ Winning Eleven dari Konami baru hadir pada tahun 1996. Kalau itu sambutan atas Winning Eleven jauh lebih besar karena memiliki gameplay yang luas, fleksibel, dan memerlukan taktik untuk menang, sehingga seakan seperti simulasi permainan sepak bola sesungguhnya. Sedangkan gameplay FIFA saat itu masih sangat kaku dan terbatas. 

Awal 2000-an menjadi era kejayaan PES/ Winning Eleven. Pada masa ini, kehadirannya di konsol PlayStation Playstation seakan sudah menjadi paket wajib yang tidak bisa dipisahkan. Fans-fans menghabiskan ribuan jam dengan pemain-pemain dengan nama plesetan pesepakbola asli seperti Roberto Larcos (plesetan dari Roberto Carlos), Sheerer (Shearer), Skoles (Scholes), dan Batustita (Batistuta). Meskipun demikian, EA Sports tidak tinggal diam dengan terus mengembangkan produk mereka. EA menyiapkan senjata lain, yakni visual yang lebih megah dan melakukan hal yang tidak dilakukan Konami, yakni menjalin kerjasama resmi dengan mendapatkan lisensi yang memperbolehkan FIFA menggunakan nama-nama klub asli berikut nama-nama pemainnya. Hal ini tentu menjadi daya tarik sendiri, apalagi dalam dunia sepak bola dimana identitas pemain menjadi sangat penting.

Seiring berjalannya waktu, FIFA terus memperbanyak lisensi. Sehingga tidak hanya tim-tim besar dari liga populer seperti Inter Milan atau Barcelona yang tersedia, tapi juga mencangkup liga-liga dari negara lain seperti Austria dan Turki, pun juga liga-liga divisi dua. Hal ini berdampak pada perolehan pasar yang semakin luas, karena semakin banyak fanbase dari klub-klub kecil yang akhirnya tertarik untuk memainkannya.

Perkembangan ini, bersamaan dengan peningkatan kualitas gameplay, berbanding lurus dengan  performa penjualan FIFA dibanding dengan PES. Sejak FIFA 08, penjualan FIFA selalu lebih tinggi dari PES, dan gap-nya pun terus semakin lebar. Puncaknya terjadi pada tahun  2019, dimana FIFA 19 sukses terjual 12 juta keping, sedangkan PES 2019 hanya terjual sekitar 500 ribuan keping saja.

Pentingnya lisensi ini sangat diakui oleh kedua developer, baik EA Sports maupun Konami. Dalam wawancara dengan Bleacher Report, salah satu produser untuk EA yakni Aaron McHardy menyebutkan lisensi sebagai “perekat yang menghubungkan game dengan dunia nyata”.  Beliau percaya bahwa terlepas dari segala kemajuan dan perjuangan untuk menciptakan gameplay yang terbaik, lisensi-lah yang pada akhirnya mencekik Konami. Lebih lanjut McHardy menambahkan, “Pemberi lisensi saat ini sudah melihat kebesaran FIFA dan peran pentingnya dalam dunia sepak bola, sehingga semakin banyak pihak yang ingin terlibat. Di sini, di Amerika Utara, jika Anda mengatakan FIFA, mayoritas orang akan memikirkan game buatan kami, bukan FIFA asosiasi sepak bola.” 

Produser Konami, Shingo Takatsuka, pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa fokus PES adalah perluasan lisensi yang mencangkup 6 liga top Eropa, yang sayangnya tidak juga tercapai. Meskipun kini mereka berhasil mendapatkan lisensi eksklusif dari beberapa klub Liga Italia seperti Juventus, Lazio, dan Roma, hal ini masih tidak sebanding dengan lisensi eksklusif yang dipegang oleh FIFA.

Baca juga: Image Rights dalam Dunia Olahraga

Dari rivalitas FIFA dan PES, partners bisa mengambil pelajaran tentang pentingnya untuk memperhatikan keinginan pasar, dan tentunya berbagai aspek KI, seperti Merek dan Hak Cipta yang tidak bisa dipisahkan dengan bagaimana kita memasarkan suatu produk. 

PES, meskipun memiliki gameplay yang khas dan realistis, tapi terlambat menyadari kalau identitas pemain dan loyalitas klub sangat kuat bagi para pecinta bola. Dengan sudah mendapat lisensi resmi, suatu produk dapat menghadirkan realita yang semakin mendekati sempurna, yang tentunya bisa semakin mendekatkan fans dengan idolanya. Tapi tentunya harus didukung pula oleh strategis bisnis yang canggih, karena biaya lisensi apalagi kalau sifatnya eksklusif untuk banyak liga di seluruh dunia, termasuk club-club mega bintangnya tidaklah murah.

Nah, jika Partners berkecimpung di industri kreatif yang ingin menghadirkan karakter-karakter terkenal yang sudah ada, pastikan sudah mendapatkan dulu lisensinya, agar dukungan tidak hanya datang dari pemilik karakter, tapi juga dari para fans.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai lisensi, Merek, Hak Cipta, atau Kekayaan Intelektual lainnya, jangan ragu untuk menghubungi kami dengan cara meninggalkan pesan di kolom komen, melalui media sosial kami, atau email ke marketing@ambadar.co.id. 

Related articles

Related Services

Our related services by article

We provide various legal Intellectual Property services related to the articles you read.

Invest in better future with our services